phone: +420 776 223 443
e-mail: support@londoncreative.co.uk

PENERAPAN ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH PADA PENDIDIKAN FORMAL

PENERAPAN ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH
PADA PENDIDIKAN FORMAL
Oleh: Arifasno Napu1
elama ini masih banyak paham di lingkungan masyarakat tentang kesehatan adalah ”sakit”. Ini
tergambarkan pada kebiasaan yang terjadi seperti ingin sehat harus minum obat sementara
orang tersebut tidak sakit. Masih rendahnya pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan
promotif kepada masyarakat, yang didukung oleh upaya penanganan masalah kesehatan yang
sebagian besar tertuju kepada orang sakit, mengakibatkan terwujudnya kegiatan yang hanya mau
menyehatkan orang yang sakit saja, bukan mempertahankan orang sehat tetap sehat dan lebih
produktif. Salah satu upaya untuk menyehatkan masyarakat dan memasyarakatkan kesehatan adalah
meningkatkan pengetahuan tentang makanan/gizi yang didasarkan pada makanan khas daerah
melalui pendidikan formal di tingkat dasar (TK dan SD), SMP, dan SMA. Upaya ini mempunyai
dua sisi mata pisau, yaitu 1) memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya gizi
seimbang guna terciptanya keluarga sadar gizi (Kadarzi) dalam mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, dan 2) melestarikan kekayaan budaya Indonesia tentang makanan khas
daerah yang bernilai gizi tinggi.
KEKAYAAN DAERAH DI INDONESIA
Setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai berbagai benda peninggalan atau
situs tertentu seperti candi, kuburan, kitab-kitab, istana. Selain itu, juga ada peninggalanpeninggalan
kebiasaan seperti pada prosesi pernikahan, kelahiran, kematian, panen raya,
dll. Lebih menarik lagi adalah kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan dengan bahan
dasar berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan secara lokal dengan proses pengolahan
secara alami. Kondisi seperti itu sering didefinisikan sebagai budaya.
Banyak publikasi tentang budaya daerah-daerah di Indonesia yang terkenal, dan ada
yang terabadikan dengan ungkapan adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah.
Sangat disayangkan, sampai hari ini tidak sedikit peninggalan budaya tersebut yang tidak
terlacak lagi. Ada peninggalan budaya yang sudah diklaim oleh negara tetangga bahwa itu
adalah peninggalan budaya bangsa mereka, seperti jenis lagu daerah dan tarian daerah.
Namun masih banyak yang tersisa, diantaranya adalah makanan yang biasa dikonsumsi
oleh nenek moyang kita, yang disebut dengan ”makanan khas daerah”.
GORONTALO DAERAH YANG TERKENAL DENGAN MAKANAN KHASNYA
Makanan khas Gorontalo mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi, baik karbohidrat,
lemak, protein, vitamin dan mineral (contoh pada binthe biluhuta, pilitode, ilahe, kua bugis,
tiliaya, kue kerawang, dll). Apabila kita lihat komposisi zat-zat gizi yang tinggi dan
dihubungkan dengan aktivitas yang dilakukan, dapatlah diartikan bahwa orang Gorontalo
adalah kelompok orang yang senang bekerja keras. Ini masih dapat ditemukan pada
kebiasaan para petani di Gorontalo yang berangkat ke sawah atau ladang setelah sholat
subuh, kembali untuk sholat dzuhur dan kemudian dilanjutkan lagi, kembali ke rumah
pada saat sebelum sholat maghrib. Kebiasaan kerja seperti ini yang dapat menyebabkan
terjadinya keseimbangan aktivitas tubuh dengan jumlah energi yang dikonsumsi setiap hari.
1 ) Arifasno Napu, SSiT, Mkes; Ahli Gizi pada Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
S
Indonesian Nutrition Network -- www.gizi.net ©2008 2
Banyak orang Gorontalo yang sudah berumur 60 tahun ke atas mengatakan bahwa
orang tua mereka, bahkan kakek mereka, dapat mencapai umur lebih tua dari mereka.
Bukankah saat itu masih terbatas pelayanan kesehatan?; bukankah mereka sering
melakukan perilaku buruk seperti merokok?; bukankah mereka belum menggunakan zatzat
kimiawi sebagai bahan penambah citarasa dalam makanan?; bukankah mereka minum
air yang diambil dari sumur atau sungai? bukankah banyak minuman sadapan yang
diminum seperti dari pohon enau?; bukankah mereka belum tersentuh oleh pelayanan
kesehatan?; dll.
Banyak riset yang mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang alami dan
sehat serta seimbang dengan aktivitas sehari-hari akan mencegah terjadinya berbagai
penyakit baik infeksi maupun degeneratif. Faham kesehatan seperti ini masih terbatas
diketahui oleh masyarakat yang kadang kala menyatakan bahwa kesehatan hanya identik
dengan sakit. Kesehatan hanya akan berarti ketika sedang sakit dan pada saat sakit orang
hanya berfikir bagaimana mendapatkan obat atau disuntik. Mengapa pada saat sehat orang
tidak berfikir atau melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatannya sehingga lebih berproduktifitas?
Pemahaman lainnya yang sering ditemukan di masyarakat adalah bahwa kesehatan
sebagai sebuah upaya pengobatan, sehingga tidak sedikit orang yang dalam keadaan sehat
mau mengkonsumsi obat dengan alasan supaya membuat badan lebih sehat. Bukankah
telah banyak diketahui bahwa obat itu adalah racun bagi tubuh jika diminum tidak sesuai
dengan indikasi kesakitannya? Jika keadaan seperti ini terus berlanjut, tidak tertutup
kemungkinan suatu ketika terjadi penyakit degeneratif yang diderita secara serentak oleh
umat manusia karena tubuhnya dipenuhi oleh zat-zat kimia.
PENERAPAN ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH
Upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sekarang ini dapat mencakup 4
(empat) hal yaitu kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Empat jenis
pelayanan ini dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam
mencapai keadaan kesehatan yang diharapkan, upaya preventif lebih baik daripada upaya
kuratif. Upaya preventif diantaranya melalui pengaturan makanan dan berolahraga yang
teratur serta menjaga kesehatan lingkungan dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat.
Saat ini sangat diperlukan pemahaman tentang pengaturan makanan, agar tidak
terjadi lagi kesalahpahaman yang turun temurun, yaitu menganggap makanan yang sehat
itu adalah yang berharga mahal atau berasal dari bahan makanan yang mahal, seperti beras
yang enak, daging, ayam, sayuran import, buah-buahan import, dll. Paham ini dapat
dibenahi dengan memasyarakatkan kembali makanan khas daerah pada masyarakat sebagai
upaya untuk mengkonsumsi makanan sehat alami.
Makanan khas daerah mempunyai cita rasa yang sangat enak sehingga, perlu
dikembangkan sebagai bagian dari pelestarian budaya Indonesia. Sudah tentu hal ini harus
terintegrasi dengan upaya lain yang terkait dengan keberadaan makanan khas tersebut.
Integrasi yang dimaksudkan adalah tentang ilmu yang berhubungan dengan analisis,
pemanfaatannya dan proses-proses yang lainnya sehingga meyakinkan bahwa makanan
khas daerah ini dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit. Ilmu tersebut adalah ilmu
gizi dan ilmu kesehatan secara umum. Sangatlah cocok dipadukan dengan ilmu gizi,
sehingga dapat diistilahkan dengan ”ilmu gizi berbasis makanan khas daerah”.
Indonesian Nutrition Network -- www.gizi.net ©2008 3
Untuk mengimplementasikan ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah” dapat
dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan formal secara berjenjang baik di tingkat
dasar (TK dan SD), SMP maupun SMA. Olehnya sangatlah dibutuhkan suatu kerja sama
yang berkesinambungan antara institusi terkait dan didukung sepenuhnya oleh unsur
pimpinan daerah, legislatif, maupun masyarakat itu sendiri.
Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas daerah pada jenjang pendidikan formal
dapat memutus mata rantai penyebab masalah gizi dan kesehatan. Masalah-masalah
tersebut diantaranya gizi kurang, gizi buruk, gizi lebih dan masalah kesehatan yang bersifat
degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, dll. Adapun
masalah-masalah yang dimaksudkan diantaranya:
1. Paham masyarakat tentang makanan yang baik dan bergizi sangat terbatas yang berarti
keluarga belum sadar gizi.
2. Perlindungan terhadap konsumen dari produk-produk yang merugikan dan berbahaya,
masih sangat rendah dan sering terabaikan
3. Menjamurnya produk-produk makanan yang bermutu rendah dan bahkan merugikan
kesehatan.
4. Menjamurnya produk-produk luar negeri yang beredar di Indonesia dan telah
dinyatakan berbahaya untuk kesehatan
5. Banyak penyakit yang terjadi sebagai akibat dari makanan yang dikonsumsi tidak
memenuhi syarat
6. Adanya keracunan makanan karena ketidaktahuan masyarakat
7. Angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi yang didasari oleh permasalahan
perdarahan sebagai dampak dari anemia
8. Masalah Anemia pada wanita usia subur dan ibu hamil yang menyebabkan perdarahan
sebagai pencetus terjadinya kematian
9. Banyaknya kasus-kasus gizi buruk dan gizi lebih
10. Adanya tradisi-tradisi dalam mengkonsumsi makanan yang perlu dimodifikasi sehingga
makanan yang dikonsumsi memenuhi nilai gizi
11. Masalah kekurangan yodium
12. Pelestarian dan pengembangan budaya sebagai sumber daya yang dimiliki
13. dll.
Sebagai ilustrasi dalam penerapannya: 1) Pada saat masih PAUD anak sudah belajar
tentang mencuci tangan, membiasakan makan sayur, membiasakan makan ikan, makan
tempe/tahu, makan beraneka ragam, dll; 2) Pada saat SD anak sudah dapat menghindari
makanan yang menggunakan penyedap buatan, pewarna buatan, memilih makanan yang
sehat, dll; 3) Pada saat SMP, anak sudah paham tentang perubahan fisik yang dialaminya
terkait dengan kebutuhan gizi yang lebih banyak; seperti haid untuk wanita, peningkatan
aktivitas untuk pria, dll; 4) Pada saaat SMA, anak sudah lebih memahami tentang makanan
yang dibutuhkan untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, untuk kebugaran, dll.
Bukankah hal ini sangat mendukung lebih dini tercapainya upaya pencegahan
daripada pengobatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal? Bukankah hal ini dapat mencegah lebih dini terjadinya berbagai
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh makanan? Bukankah hal ini dapat mendukung
tercapainya status gizi masyarakat yang lebih baik? Bukankah hal ini dapat meningkatkan
produktivitas masyarakat sehingga dapat bekerja dengan baik dan tidak sakit-sakitan?, dll.
Sesungguhnya penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah dapat
berdampak langsung sekalipun dalam waktu jangka panjang untuk meningkatkan kualitas
Indonesian Nutrition Network -- www.gizi.net ©2008 4
Human Development Index (HDI) baik bidang kesehatan, pendidikan maupun pendapatan.
Khusus untuk bidang kesehatan dapat menurunkan kematian ibu, kematian bayi, memperbaiki
status gizi dan meningkatkan umur harapan hidup.
Atas dasar kajian-kajian seperti terurai di atas, saat ini Pemerintah Provinsi
Gorontalo telah memfasilitasi sebuah kerja sama antara Dinas Kesehatan dengan Dinas
Pendidikan, didukung oleh DPRD, tentang penerapan “Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas
Daerah Gorontalo” pada pendidikan formal di tingkat dasar sampai sekolah menengah se-
Provinsi Gorontalo. Kerjasama ini mengatur berbagai hal diantaranya: persiapan
menyangkut tenaga, penyusunan kurikulum dan bahan ajar, penganggaran, sistem praktek,
sistem pelatihan bagi tenaga pengajar, sistem monitoring dan evaluasi, dll.
Penulis selaku pelontar ide dan pemikiran kegiatan tersebut, merasa yakin Insya
Allah “Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah” dapat menopang terciptanya
keluarga sadar gizi (Kadarzi) untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Bersama kita berkarya sebagai ibadah, amiin... (upload: eman/gizi.net 19102008).Indonesian Nutrition Network -- www.gizi.net ©2008 1
PENERAPAN ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH
PADA PENDIDIKAN FORMAL
Oleh: Arifasno Napu1
elama ini masih banyak paham di lingkungan masyarakat tentang kesehatan adalah ”sakit”. Ini
tergambarkan pada kebiasaan yang terjadi seperti ingin sehat harus minum obat sementara
orang tersebut tidak sakit. Masih rendahnya pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan
promotif kepada masyarakat, yang didukung oleh upaya penanganan masalah kesehatan yang
sebagian besar tertuju kepada orang sakit, mengakibatkan terwujudnya kegiatan yang hanya mau
menyehatkan orang yang sakit saja, bukan mempertahankan orang sehat tetap sehat dan lebih
produktif. Salah satu upaya untuk menyehatkan masyarakat dan memasyarakatkan kesehatan adalah
meningkatkan pengetahuan tentang makanan/gizi yang didasarkan pada makanan khas daerah
melalui pendidikan formal di tingkat dasar (TK dan SD), SMP, dan SMA. Upaya ini mempunyai
dua sisi mata pisau, yaitu 1) memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya gizi
seimbang guna terciptanya keluarga sadar gizi (Kadarzi) dalam mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, dan 2) melestarikan kekayaan budaya Indonesia tentang makanan khas
daerah yang bernilai gizi tinggi.
KEKAYAAN DAERAH DI INDONESIA
Setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai berbagai benda peninggalan atau
situs tertentu seperti candi, kuburan, kitab-kitab, istana. Selain itu, juga ada peninggalanpeninggalan
kebiasaan seperti pada prosesi pernikahan, kelahiran, kematian, panen raya,
dll. Lebih menarik lagi adalah kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan dengan bahan
dasar berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan secara lokal dengan proses pengolahan
secara alami. Kondisi seperti itu sering didefinisikan sebagai budaya.
Banyak publikasi tentang budaya daerah-daerah di Indonesia yang terkenal, dan ada
yang terabadikan dengan ungkapan adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah.
Sangat disayangkan, sampai hari ini tidak sedikit peninggalan budaya tersebut yang tidak
terlacak lagi. Ada peninggalan budaya yang sudah diklaim oleh negara tetangga bahwa itu
adalah peninggalan budaya bangsa mereka, seperti jenis lagu daerah dan tarian daerah.
Namun masih banyak yang tersisa, diantaranya adalah makanan yang biasa dikonsumsi
oleh nenek moyang kita, yang disebut dengan ”makanan khas daerah”.
GORONTALO DAERAH YANG TERKENAL DENGAN MAKANAN KHASNYA
Makanan khas Gorontalo mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi, baik karbohidrat,
lemak, protein, vitamin dan mineral (contoh pada binthe biluhuta, pilitode, ilahe, kua bugis,
tiliaya, kue kerawang, dll). Apabila kita lihat komposisi zat-zat gizi yang tinggi dan
dihubungkan dengan aktivitas yang dilakukan, dapatlah diartikan bahwa orang Gorontalo
adalah kelompok orang yang senang bekerja keras. Ini masih dapat ditemukan pada
kebiasaan para petani di Gorontalo yang berangkat ke sawah atau ladang setelah sholat
subuh, kembali untuk sholat dzuhur dan kemudian dilanjutkan lagi, kembali ke rumah
pada saat sebelum sholat maghrib. Kebiasaan kerja seperti ini yang dapat menyebabkan
terjadinya keseimbangan aktivitas tubuh dengan jumlah energi yang dikonsumsi setiap hari.
1 ) Arifasno Napu, SSiT, Mkes; Ahli Gizi pada Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
S
Indonesian Nutrition Network -- www.gizi.net ©2008 2
Banyak orang Gorontalo yang sudah berumur 60 tahun ke atas mengatakan bahwa
orang tua mereka, bahkan kakek mereka, dapat mencapai umur lebih tua dari mereka.
Bukankah saat itu masih terbatas pelayanan kesehatan?; bukankah mereka sering
melakukan perilaku buruk seperti merokok?; bukankah mereka belum menggunakan zatzat
kimiawi sebagai bahan penambah citarasa dalam makanan?; bukankah mereka minum
air yang diambil dari sumur atau sungai? bukankah banyak minuman sadapan yang
diminum seperti dari pohon enau?; bukankah mereka belum tersentuh oleh pelayanan
kesehatan?; dll.
Banyak riset yang mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang alami dan
sehat serta seimbang dengan aktivitas sehari-hari akan mencegah terjadinya berbagai
penyakit baik infeksi maupun degeneratif. Faham kesehatan seperti ini masih terbatas
diketahui oleh masyarakat yang kadang kala menyatakan bahwa kesehatan hanya identik
dengan sakit. Kesehatan hanya akan berarti ketika sedang sakit dan pada saat sakit orang
hanya berfikir bagaimana mendapatkan obat atau disuntik. Mengapa pada saat sehat orang
tidak berfikir atau melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatannya sehingga lebih berproduktifitas?
Pemahaman lainnya yang sering ditemukan di masyarakat adalah bahwa kesehatan
sebagai sebuah upaya pengobatan, sehingga tidak sedikit orang yang dalam keadaan sehat
mau mengkonsumsi obat dengan alasan supaya membuat badan lebih sehat. Bukankah
telah banyak diketahui bahwa obat itu adalah racun bagi tubuh jika diminum tidak sesuai
dengan indikasi kesakitannya? Jika keadaan seperti ini terus berlanjut, tidak tertutup
kemungkinan suatu ketika terjadi penyakit degeneratif yang diderita secara serentak oleh
umat manusia karena tubuhnya dipenuhi oleh zat-zat kimia.
PENERAPAN ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH
Upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sekarang ini dapat mencakup 4
(empat) hal yaitu kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Empat jenis
pelayanan ini dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam
mencapai keadaan kesehatan yang diharapkan, upaya preventif lebih baik daripada upaya
kuratif. Upaya preventif diantaranya melalui pengaturan makanan dan berolahraga yang
teratur serta menjaga kesehatan lingkungan dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat.
Saat ini sangat diperlukan pemahaman tentang pengaturan makanan, agar tidak
terjadi lagi kesalahpahaman yang turun temurun, yaitu menganggap makanan yang sehat
itu adalah yang berharga mahal atau berasal dari bahan makanan yang mahal, seperti beras
yang enak, daging, ayam, sayuran import, buah-buahan import, dll. Paham ini dapat
dibenahi dengan memasyarakatkan kembali makanan khas daerah pada masyarakat sebagai
upaya untuk mengkonsumsi makanan sehat alami.
Makanan khas daerah mempunyai cita rasa yang sangat enak sehingga, perlu
dikembangkan sebagai bagian dari pelestarian budaya Indonesia. Sudah tentu hal ini harus
terintegrasi dengan upaya lain yang terkait dengan keberadaan makanan khas tersebut.
Integrasi yang dimaksudkan adalah tentang ilmu yang berhubungan dengan analisis,
pemanfaatannya dan proses-proses yang lainnya sehingga meyakinkan bahwa makanan
khas daerah ini dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit. Ilmu tersebut adalah ilmu
gizi dan ilmu kesehatan secara umum. Sangatlah cocok dipadukan dengan ilmu gizi,
sehingga dapat diistilahkan dengan ”ilmu gizi berbasis makanan khas daerah”.
Indonesian Nutrition Network -- www.gizi.net ©2008 3
Untuk mengimplementasikan ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah” dapat
dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan formal secara berjenjang baik di tingkat
dasar (TK dan SD), SMP maupun SMA. Olehnya sangatlah dibutuhkan suatu kerja sama
yang berkesinambungan antara institusi terkait dan didukung sepenuhnya oleh unsur
pimpinan daerah, legislatif, maupun masyarakat itu sendiri.
Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas daerah pada jenjang pendidikan formal
dapat memutus mata rantai penyebab masalah gizi dan kesehatan. Masalah-masalah
tersebut diantaranya gizi kurang, gizi buruk, gizi lebih dan masalah kesehatan yang bersifat
degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, dll. Adapun
masalah-masalah yang dimaksudkan diantaranya:
1. Paham masyarakat tentang makanan yang baik dan bergizi sangat terbatas yang berarti
keluarga belum sadar gizi.
2. Perlindungan terhadap konsumen dari produk-produk yang merugikan dan berbahaya,
masih sangat rendah dan sering terabaikan
3. Menjamurnya produk-produk makanan yang bermutu rendah dan bahkan merugikan
kesehatan.
4. Menjamurnya produk-produk luar negeri yang beredar di Indonesia dan telah
dinyatakan berbahaya untuk kesehatan
5. Banyak penyakit yang terjadi sebagai akibat dari makanan yang dikonsumsi tidak
memenuhi syarat
6. Adanya keracunan makanan karena ketidaktahuan masyarakat
7. Angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi yang didasari oleh permasalahan
perdarahan sebagai dampak dari anemia
8. Masalah Anemia pada wanita usia subur dan ibu hamil yang menyebabkan perdarahan
sebagai pencetus terjadinya kematian
9. Banyaknya kasus-kasus gizi buruk dan gizi lebih
10. Adanya tradisi-tradisi dalam mengkonsumsi makanan yang perlu dimodifikasi sehingga
makanan yang dikonsumsi memenuhi nilai gizi
11. Masalah kekurangan yodium
12. Pelestarian dan pengembangan budaya sebagai sumber daya yang dimiliki
13. dll.
Sebagai ilustrasi dalam penerapannya: 1) Pada saat masih PAUD anak sudah belajar
tentang mencuci tangan, membiasakan makan sayur, membiasakan makan ikan, makan
tempe/tahu, makan beraneka ragam, dll; 2) Pada saat SD anak sudah dapat menghindari
makanan yang menggunakan penyedap buatan, pewarna buatan, memilih makanan yang
sehat, dll; 3) Pada saat SMP, anak sudah paham tentang perubahan fisik yang dialaminya
terkait dengan kebutuhan gizi yang lebih banyak; seperti haid untuk wanita, peningkatan
aktivitas untuk pria, dll; 4) Pada saaat SMA, anak sudah lebih memahami tentang makanan
yang dibutuhkan untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, untuk kebugaran, dll.
Bukankah hal ini sangat mendukung lebih dini tercapainya upaya pencegahan
daripada pengobatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal? Bukankah hal ini dapat mencegah lebih dini terjadinya berbagai
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh makanan? Bukankah hal ini dapat mendukung
tercapainya status gizi masyarakat yang lebih baik? Bukankah hal ini dapat meningkatkan
produktivitas masyarakat sehingga dapat bekerja dengan baik dan tidak sakit-sakitan?, dll.
Sesungguhnya penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah dapat
berdampak langsung sekalipun dalam waktu jangka panjang untuk meningkatkan kualitas
Indonesian Nutrition Network -- www.gizi.net ©2008 4
Human Development Index (HDI) baik bidang kesehatan, pendidikan maupun pendapatan.
Khusus untuk bidang kesehatan dapat menurunkan kematian ibu, kematian bayi, memperbaiki
status gizi dan meningkatkan umur harapan hidup.
Atas dasar kajian-kajian seperti terurai di atas, saat ini Pemerintah Provinsi
Gorontalo telah memfasilitasi sebuah kerja sama antara Dinas Kesehatan dengan Dinas
Pendidikan, didukung oleh DPRD, tentang penerapan “Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas
Daerah Gorontalo” pada pendidikan formal di tingkat dasar sampai sekolah menengah se-
Provinsi Gorontalo. Kerjasama ini mengatur berbagai hal diantaranya: persiapan
menyangkut tenaga, penyusunan kurikulum dan bahan ajar, penganggaran, sistem praktek,
sistem pelatihan bagi tenaga pengajar, sistem monitoring dan evaluasi, dll.
Penulis selaku pelontar ide dan pemikiran kegiatan tersebut, merasa yakin Insya
Allah “Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah” dapat menopang terciptanya
keluarga sadar gizi (Kadarzi) untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Bersama kita berkarya sebagai ibadah, amiin... (upload: eman/gizi.net 19102008).

0 komentar: